A. PEMBINAAN KEHIDUPAN BERAGAMA BAGI
REMAJA
Pembinaan kehidupan beragama tidak dapat
dilepaskan dari pembinaan kepribadian
secara keseluruhan, karena kehidupan beragama itu adalah bagian dari kehidapan
itu sendiri. Sikap atau tindakan seseorang dalam hidupnya tidak lain dari
pantulan pribadinya yang bertumbuh dan berkembang sejak ia lahir, bahkan telah
mulai sejak dalam kandungan. Semua pengalaman yang dilalui sejak dalam
kandungan mempunyai pengaruh terhadap pembinaan pribadi. Bahkan diantara ahli
jiwa ada yang berpendapat bahwa pribadi itu tidak lain dari kumpulan pengalaman
pada umur-umur pertumbuhan (dari umur nol sampai remaja terakhir), terutama
pengalaman pada tahun-tahun pertama dari pertumbuhan.pengalaman yang dimasudkan
itu adalah semua pengalaman yang didapat melalui pendengaran, penglihatan, atau
perlakuan yang diterima sejak lahir.
Dalam membicarakan masalah pembinaan kehidupan
beragama bagi remaja dalam kampus itu, kita perlu mengingat bahwa masa
pembinaan pribadi yang dilalui oleh mereka yang dibina itu telah banyak yang
membawa hasilnya dalam berbagai bentuk sikap dan model kelakuan, sesuai dengan
pengalaman mereka masing-masing, sejak lahir sampai remaja. Dapat dibayangkan
betapa besarnya keragaman sikap dan kelakuan itu, karena masing-masing mereka
telah terbina dalam berbagai kondisi dan situasi keluarga, sekolah,dan
lingkungan yang berlainan antara satu sama lain.
a.
Ciri-ciri
Masa Remaja Terakhir
Sesungguhnya masa remaja itu tidaklah pasti kapan
secara tegas dimulai dan kapan pula berakhir, tergantung kepada berbagai faktor
misalnya faktor perorangan (ada yang cepat tumbuhnya ada yang lambat).faktor
sosial yang cepat memberi kepercayaan dan penghargaan kepada anak-anak mudanya,
sehingga mereka segera diterima sebagai anggota masyarakat yang didengar
pendapatnya biasanya masyarakat desa atau masyarakat yang masih terbelakang.
Tapi ada juga lingkungan yang enggan memberikan kepercayaan kepada remaja
sehinggan mereka dipandang sebagai anak yang harus ditolong, dinasehati,
dibimbing, dan dicukupi segala kebutuhannya. Disamping itu ada pula faktor
ekonomi, dalam masyarakat miskin atau kurang mampu, anak-anaknya segera diberi
tanggung jawab dan ikut mencari nafkah , serta keterampilan untuk mencari
nafkah itu sederhana, seperti bertani, menangkap ikan, gembala ternak dan
pekerjaan kasar. Sedangkan dalam masyarakat maju dan mampu biasanya anak-anak
itu tidak dibebani dengan tugas mencari nafkah, dan ketrampilan yang diperlukan
untuk mencari nafkah itu juga kompleks dan perlu pengetahuan dan latihan dalam
masa yang panjang, masa remaja dan ketergantungan ekonomi itu diperpanjang
sampai mereka tamat dari Universitas.
Pada umumnya permulaan masa remaja itu dapat
diketahui dengan mudah dan hampir sama pada tiap anak, yaitu kira-kira pada
umur 13 tahun (misalnya mimpi pada anak laki-laki dan haid bagi anak
perempuan). Akan tetapi kapan berakhirnya masa remaja sukar ditentukan. Ahli
jiwa cenderung mengatakan bahwa pada masyarakat maju berakhir pada umur 21
tahun. Dimana segala macam pertumbuhan
atau perubahan cepat dapat berakhir.
Masa remaja dapat dibagi menjadi 2 tingkat, yaitu
pertama masa remaja pertama, kira-kira dari umur 13 sampai dengan umur 16 tahun
dimana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat. Dan kedua masa
remaja akhir, kira-kira dari umur 17 sampai dengan umur 21 tahun, yang
merupakan pertumbuhan dan perubahan terakhir dalam pembinaan pribadi dan
sosial. Sedangkan kemantapan beragama biasanya dicapai pada umur 24 tahun. Dengan
itu dapat dikatan bahwa mahasiswa yang akan menjadi sasaran dalam pembinaan
kehidupan beragama dalam kampus itu adalah mereka yang telah berada pada masa
remaja terakhir dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri masa remaja akhir:
1)
Pertumbuhan
jasmani cepat telah selesai
Ini
berarti bahwa mereka telah matang, jika dipandang dari segi jasmani. Artinya
segala fungsi jasmaniah akan mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan atau
tenaga jasmani sudah dikatakan sama dengan orang dewasa. Dari segi seks mereka
telah mampu berketurunan.
2) Pertumbuhan kecerdasan hampir
selesai
Mereka telah mampu memahami hal-hal yang
abstrak, serta mampu pula mengambil kesimpulan abstrak dari kenyataan yang
dilihatnya. Sebagai akibat dari kematangan kecerdasan itu, mereka akan selalu
menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap ketentuan hukum agama yang
dibawakan. Mereka menghendaki agar semua ketentuan agama dapat mereka pahami.
3) Pertumbuhan pribadi belum selesai
Mereka sedang mengalami kegoncangan dan
ketidakpastian. Dari segi jasmaniah mereka telah merasa cukup matang dan telah seperti
orang dewasa. Demikian pula dari segi kecerdasan merasa telah mampu berpikir
obyektif dan dapat mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang ada
tapi mereka belum mampu berdiri sendiri, belum sanggup mencari nafkah untuk
membiayai diri dan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Hal yang seperti itu
akan sangat terasa bagi remaja yang hidup dalam masyarakat maju, karena
kebutuhan untuk nyata diri semakin meningkat, persaingan dalam mencapai
kedudukan di antara teman-teman semakin berat, sebab syarat-syarat hidup
semakin tinggi.
Pada
umur ini, perhatian dari jenis lain sangat diharapkan, apabila teman-temannya
dari jenis lain kurang menaruh perhatian, ia akan merasa sedih, mungkin akan
cenderung kepada menyendiri, atau mencoba melakukan hal-hal yang menarik
perhatian. Bahkan kadang-kadang ada yang mengalami kegoncangan jiwa dengan
bermacam-macam gejala.
4) Pertumbuhan jiwa sosial masih
berjalan
Pada umur ini sangat terasa betapa
pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan merasa sangat sedih
apabila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat dan temannya.karena itu
mereka tidak mau ketinggalan dari mode atau kebiasaan teman-temannya. Perhatian
dan minatnya terhadap kepentingan masyarakat sangat besar. Kesusahan dan
penderitaan orang dalam masyarakat akan menyebabkan mereka merasa terpanggil
untuk membantu atau memikirkannya. Ketidak adilan atau kemerosotan moral dalam
masyarakat mempengaruhi sikap mereka terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, agama,
pemerintah, guru dan orang tua mereka sendiri.
5) Keadaan jiwa agama yang tidak
stabil
Tidak jarang kita melihat remaja pada
umur-umur ini mengalami kegoncangan atau ketidak stabilan dalam beragama,
misalnya mereka kadang-kadang sangat tekun menjalankan ibadah, tapi pada waktu
lain enggan melaksanakannya. Kekecewaan yang dialami oleh remaja dalam
kehidupan dapat membawa akibat terhadap sikapnya terhadap agama.
b. Problema Remaja
Umur remaja adalah umur peralihan
dari anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi
pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa
problemanya tidak sedikit. Diantara problema yang dulun dirasakan dan sekarang
semakin tampak dengan jelas ialah:
1) Masalah Hari Depan
sSetiap remaja memikirkan hari depannya,
ia ingin mendapat kepastian akan jadi apakah ia nanti setelah tamat sekolah.
Pemikiran akan hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang duduk
dibangku Universitas atau mereka yang berada didalam kampus.
Kecemasan akan hari depan yang kurang
pasti, itu telah menimbulkan berbagai problema lain, yang mungkin menambah
suramnya masa depan remaja itu, misalnya semangat belajar menurun, kemampuan
berpikir berkurang, timbul rasa tertekan, bahkan terkadang sampai berpengaruh
kepada hal-hal yang tidak baik, kenakalan dan penyalahgunaan narkotika.
2) Masalah Hubungan Dengan Orang Tua
Seringkali terjadi pertentangan pendapat
antara orang tua dan anak-anaknya yang telah remaja atau dewasa.terkadang
hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja mengikuti arus dan mode,
seperti rambut gondrong, pakaian kurang sopan, tutur bahasa dengan orang tua
kurang hormat.
3) Masalah moral dan agama
Biasanya kemerosotan moral disertai oleh
sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama
akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat.
c. Membina kehidupan beragama dalam
kampus
Sasaran pembinaan kehidupan beragama
dalam kampus adalah manusia muda yang masih dalam pertumbuhan, yaitu mereka
yang berada pada umur pembinaan terakhir, berkisar pada umur (18-24 tahun),
pemuda pemudi dalam umur tersebut dapat digolongkan remaja dan dewasa muda.
Keadaan jiwa pemuda/pemudi dalam
kampus yang unik dan khas seperti itu, perlu diperhatikan dalam membawa mereka
kepada penghayatan agama yang akan menjadi bekal hidup yang abadi bagi mereka.
Tidak cukup dengan hanya memikirkan cara dan metode pendidikan agam saja, tapi
jauh lebih penting dari itu adalah pemahaman dan pengertian yang mendalam
terhadap mereka secara perorangan. Tidaklah mudah memilih cara atau metode yang
tepat dan baik bagi mereka itu, namun sekedar pegangan, dapat dikemukakan
disini beberapa segi yang perlu mendapat perhatian antara lain:
1) Tunjukkanlah bahwa kita memahami
mereka
Seorang pembina jiwa harus dapat memahami
orang yang akan dibinanya. Remaja akan merasa senang apabila orang lain dapat
memahaminya dan mengerti perasaannya. Dengan demikian mereka akan merasa
simpati kepada orang yang mau mengerti perasaan dan penderitaannya. Apabila
rasa simpati itu telah tercipta, biasanya mereka akan dengan mudah menerima
saran atau nasehat kita. Jangan sampai kita melengahkan gejolak jiwa yang
sedang mengamuk dalam dada mereka.
2) Pembinaan secara konsultasi
Hendaknya setiap pembina kehidupan
beragama itu menyadari bahwa yang akan
dibina itu adalah jiwa, yang tidak terlihat, tidak dapat dipegang atau
diketahui secara langsung. Karena itu hendaklah terbuka untuk menampung atau
mendengar ungkapan perasaan yang dialami oleh masing-masing mereka.
Kadang-kadang perlu disediakan waktu untuk mendengar keluh kesah mereka secara
berkelompok dan secara perorangan. Dalam kesempatan seperti itu yang diperlukan
adalah kemampuan untuk mendengar secara baik dan aktif. Inilah yang dinamakan
seni mendengar. Dengan itu berarti kita telah memberi kesempatan kepada pemuda
atau pemudi itu untuk menumpahkan segala yang menegangkan perasaannya (release of tension). Dengan tertuangnya
keluar segala yang menegangkan perasaan itu, akan terbukalah hati mereka
sesudah itu untuk menerima saran atau alternatif-alternatif penyelesaian bagi
segala problema itu, tentunya kita ambil dari ajaran dan ketentuan agama, yang
pasti telah terjamin baiknya.
3) Dekatkan agama kepada hidup
Hukum dan ketentuan agama itu perlu
mereka ketahui. Disamping itu yang lebih penting lagi ialah menggerakkan hati
mereka untuk secara otomatis terdorong untuk mematuhi hukum dan ketentuan
agama. Untuk itu diperlukan usaha pendekatan agama dengan segala ketentuan
kepada kehidupan sehari-sehari dengan jalan mencarikan hikmah manfaat setiap
ketentuan agama itu. Jangan sampai mereka menyangka bahwa hukum dan ketentuan
agama merupakan perintah Tuhan yang terpakasa mereka patuhi tanpa merasakan
manfaat dari kepatuhannya itu. Hal itu tidak dapat dicapai dengan penjelasan
sederhana saja , tapi memerlukan pendekatan-pendekatan secara sungguh-sungguh,
yang didasarkan atas pengertian da usaha yang sungguh-sungguh pula.
B.
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pembinaan kehidupan beragama
dalam kampus bukanlah suaru usaha yang dapat dilakukan dengan mudah dan
sederhana, tapi perlu memahami dan menguasai berbagai ilmu alat sebagai bekal
untuk membawa mereka dekat kepada agama dan membawa agama ke dalam kenyataan
hidup mereka sehari-hari.
Masa
remaja dapat dibagi menjadi 2 tingkat, yaitu pertama masa remaja pertama,
kira-kira dari umur 13 sampai dengan umur 16 tahun dimana pertumbuhan jasmani
dan kecerdasan berjalan sangat cepat. Dan kedua masa remaja akhir, kira-kira
dari umur 17 sampai dengan umur 21 tahun, yang merupakan pertumbuhan dan
perubahan terakhir dalam pembinaan pribadi dan sosial. Sedangkan kemantapan
beragama biasanya dicapai pada umur 24 tahun. Dengan itu dapat dikatan bahwa
mahasiswa yang akan menjadi sasaran dalam pembinaan kehidupan beragama dalam
kampus itu adalah mereka yang telah berada pada masa remaja terakhir
Daftar Pustaka
Zakiah, Darajat, ilmu jiwa agama, Bulan Bintang, jakarta, 1970
Tidak ada komentar:
Posting Komentar